Pembelajaran
yang menyenangkan, mungkin itu merupakan dambaan setiap guru dan peserta didik,
karena pembelajaran yang menyenangkan
akan membawa dampak yang besar bagi perkembangan otak dan emosional guru
serta peserta didik. Untuk itu dalam kegiatan belajar mengajar seorang guru
hendaknya dapat menyusun dan merangkai skenario pembalajaran yang menyenangkan,
agar dapat merangsang keingintahuan dan keterampilan peserta didik. Sehingga pembelajaran menyenangkan berbasis otak, saya terapkan dalam penyampaian materi
Ilmu Pengetahuan Awal (IPA) tentang membuat suatu karya/model yang menggunakan
energi listrik yaitu merakit senter sederhana pada siswa kelas VI SD Negeri
Kayu Agung.
Adapun langkah-langkah yang saya
terapkan dalam proses pembelajaran berbasis otak tentang materi merakit senter
sederhana, yaitu :
A.
Kegiatan Awal
Dalam proses pembelajaran seringkali informasi yang diterima otak tidak
dapat diekspresikan kembali secara utuh. Ketidakmampuan untuk mengungkapkan apa
yang telah dipelajari disebabkan karena tidak optimalnya fungsi otak kiri dan
otak kanan dalam proses pembelajaran.
Untuk itu pada kegiatan awal pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan otak
kiri dan otak kanan peserta didik, saya memberikan stimulus yang dapat memunculkan semangat
dan gairah dalam pembelajaran dengan menyapa para peserta didik berkata “Apa
kabarnya hari ini?”, serentak para peserta didik menjawab “Alhamdulillah...., Luar Biasa...., Allahu Akbar....”. Setelah menyapa peserta
didik saya memberikan ice breaking
berupa gerakan Froggy Dance melalui
layar proyektor, kemudian peserta didik diminta untuk mengikuti gerakan Froggy Dance tersebut selama kurang
lebih 10 menit. Kenapa 10 Menit??? Karena rentang fokus optimal manusia adalah
usia dijadikan menit, dengan rentang fokus maksimal selama 30 menit. Jadi, para
peserta didik dengan rentang usia 10 – 12 tahun memiliki rentang fokus optimal
selama kurang lebih 10 menit. Oleh sebab itu, penggunaan rentang fokus optimal,
saya gunakan untuk menyampaikan konsep pembelajaran melalui permainan Ice Breaking.
Gambar 1.1 Peserta didik melakukan gerakan Froggy Dance
B.
Kegiatan
Inti
Setelah kegiatan awal berlangsung sangat menyenangkan, hal ini
terlihat dari antusiasnya para peserta didik dalam mengikuti gerakan Froggy
Dance, dan mengetahui tujuan pembelajaran yaitu merakit senter sederhana. Saya
membagi siswa dalam 9 kelompok, dimana setiap kelompok terdiri dari 4 -5
peserta didik.
Setelah membagi siswa dalam beberapa kelompok dan
mengkondisikan kelas. Saya menjelaskan tahapan-tahapan yang harus dilakukan
para peserta didik dalam merakit senter sederhana dengan alat dan bahan
sederhana berupa 2 buah batu baterai, kabel, lampu kecil, kertas karton, karet
gelang, isolasi dan gunting. Serta memberikan waktu kurang lebih 45 menit
kepada para peserta didik dalam merakit senter sederhana.
Kemudian setelah mengetahui tahapan dan aturan yang
disepakati, peserta didik secara berkelompok mulai merakit senter sederhana
tersebut. Selama proses perakitan senter banyak hal-hal menarik yang saya
temukan sebagai seorang guru, diantaranya adalah antusias dan bersemangatnya
peserta didik perempuan dalam mengelupas kulit karet yang menyelimuti kabel
menggunakan gunting. Adanya peserta didik yang tersengat aliran listrik dari batu
beterai. Serta canda dan tawa ceria ketika lampu kecil menyala akibat aliran
listrik yang dihasilkan batu baterai.
Dalam proses pembelajaran
tersebut, saya yakin dapat berperan terhadap proses pengkayaan (enrichment) otak pada para peserta
didik. Adanya pengalaman-pengalaman baru mampu merangsang pertumbuhan dan
perkembangan sel-sel otak peserta didik.
Gambar
2.1 Merakit
senter sederhana
C.
Kegiatan Akhir
Dalam kegiatan akhir, saya meminta
para peserta didik secara berkelompok untuk membuat kesimpulan dari materi yang
telah dipraktekan dalam sebuah lembar kerja siswa yang telah disiapkan.
Kemudian masing-masing kelompok mengutus perwakilannya untuk membacakan hasil
diskusi kelompoknya di depan kelas secara bergantian.
Setelah semua perwakilan kelompok
membacakan hasil diskusinya, saya memberikan flashback berupa hal-hal apa saja yang didapat selama proses
pembelajaran baik dari aspek pengetahuan maupun keterampilan. Hal tersebut
dirasa penting untuk merefresh kembali pengalaman belajar yang didapat peserta
didik agar merangsang daya ingat peserta didik sebagai sebuah pengalaman
belajar yang bermakna dan menyenangkan.
Gambar
3.1 Kegiatan
diskusi kelompok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar